Rabu, 20 Januari 2010

Pemerintah Harus Tingkatkan Kualitas Kebijakan di Sektor Migas dan Energi


Pemerintah diharapkan meningkatkan kualitas kebijakannya di sektor migas dan energi agar efektif meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus mengembangkan industri itu sendiri secara berkelanjutan.

“Pemangku kepentingan di sektor migas dan energi masih kurang memahami permasalahn inti dan analisa kebijakan serta penanganan yan tepat di sektor ini. Akhirnya banyak keluar kebijakan yang tidak berkualitas.
Menurut dia, banyak sudut pandang yang tidak obyektif digunakan pemerintah dalam mengeluarkan terkait kebijakan energi dan migas diantaranya menganggap Indonesia kaya akan minyak bumi, padahal yang banyak justru energi lain.

Berdasarkan catatan, cadangan minyak Indonesia tinggal 3,7 miliar barel. Sementara Arab Saudi 264 miliar, Iran 138 miliar, Irak 115 miliar, dan Venezuela 87 miliar barel.

Berikutnya, pikiran pendek bahwa harga BBM harus murah, padahal akan memberatkan anggaran negara dan membuat kebergantungan pada impor. Selanjutnya, pemikiran tidak perlu membangun iklim investasi yang baik agar investor datang dan terakhir pandangan kemampuan bangsa dapat berkembang tanpa keberpihakan nyata berbentuk kebijakan pemerintah.

“Pandangan keliru itu harus diperbaiki dengan mengeluarkan strategi perbaikan yang terintegrasi baik untuk investasi, subsidi atau pengelolaan keuangan subsidi,” jelasnya.

Menurutnya, strategi pengurangan subsidi BBM yang tepat akan meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak lewat subsidi langsung dan menaikkan jumlah depletion premium atau biaya penggunaan sumber daya tidak terbarukan yang digunakan sebagai investasi untuk mengganti sumber daya yang telah digunakan yang nilainya sebanding masa datang.

Dikatakannya, penerapan kebijakan depletion premium pemerintah dapat membiayai kegiatan eksplorasi dan eksploitas yang akan menempatkan pemerintah pada posisi tawar yang kuat dalam menghadapi kontraktor.

“Saya perkirakan cukup dengan sekitar nilai 10 persen dari eqiuty to be split (revenue dikurangi recoverable cost), maka peningkatan kemampuan nasional dapat terjadi,” katanya.

Berkaitan dengan kasus Donggi Senoro, Widjajono mendesak secepatnya dioperasikan pengelolaan proyek yang terbengkalai 28 tahun itu.

“Proyek tersebut memasukkan investasi 3,7 miliar dollar AS yang akan memberikan pendapatan langsung kepada negara sebesar 6,4 miliar dollar AS atau hampir 6 triliun rupiah per tahun selama 15 tahun operasi,” katanya.

Dia meminta, pemerintah untuk mendukung proyek LNG tersebut dengan secepatnya menyetujui Seller Appointment Agreement (SAA) dan dilanjutkan dengan Final Investment Decision (FID). “Beberapa proyek gas besar di dunia akan beroperasi, kita harus secepatnya merealisasikan proyek itu agar tidak tersalip oleh negara kompetitor,” katanya.

Berdasarkan catatan, Qatar memiliki cadangan gas sebesar 904 TSCF, Iran (982 TSCF). Indonesia sendiri 106 TSCF, Malaysia (87 TSCF), dan Australia 87 TSCF.

doniismanto.files.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar